Sabtu, 02 Juni 2012

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDUAL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang


              Perusahaan adalah suatu organisasi yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama dan memiliki aturan serta cara bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Di dalam organisasi terdiri dari beberapa posisi tingkatan atau jabatan dan organisasi adalah sekumpulan individu-individu yang meiliki berbagai macam karakteristik yang berbeda.
                        Masing-masing individu tersebut selain mereka memiliki karakteristik yang berbeda, mereka juga memiiki perbedaan yang mencolok dalam suatu perilaku ketika dimana individu tersebut melakukan kegiatan di dalam organisasi. Dari karakteristik dan perilaku serta tingkatan atau jabatan tersebut akan mempengaruhi kinerja suatu individu dalam melaksanakan tugas untuk pencapaian tujuan yang telah perusahaan tentukan.
                          Oleh sebab itu dalam makalah "Perilaku Individu" kita akan membahas tentang individu itu sendiri serta membahas bagaimana karakteristik dan perilaku  individu di dalam suatu perusahan akan mempengaruhi kinerja atau dalam komitmen suatu organisasi.

1.2         Rumusan Masalah

1)      Jelaskan teori-teori individu menurut beberapa ahli!
2)      Apa yang dimaksud dengan perilaku individu?
3)      Apa pengertian dari karakteristik individu?
4)      Bagaimana pengaruh karakteristik individu terhadap komitmen organisasi?

1.3         Tujuan

            Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja perilaku perilaku dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu individu. Untuk mengetahui dalam suatu organisasi apakah perilaku individu akan mempengaruhi kinerja individu tersebut dalam melakukan tugas-tugas dan pencapaian suatu tujuan organisasi serta seberapa besar pengaruh yang diberikan dari perbedaan perilaku tersebut dan berbagai macam karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu dalam mempengaruhi komitmen perusahan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori-teori Perilaku Individu
Menurut Marthen Luter individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. Sedangkan menurut Viniagustia, individu merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyataan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dapat disimpulkan bahwa individu adalah unit terkecil dimana memiliki ciri yang berbeda di tiap masing-masing individu.
Gibson Cs. (1996) menyatakan perilaku individu adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang, seperti : berbicara, berjalan,berfikir atau tindakan dari suatu sikap. Sedangkan menurut Kurt Levin, perilaku ( Behavior = B ) individu pada dasarnya merupakan fungsi dariinterakasi antara Person/individu (P) yang bersangkutan dengan lingkungan (Enviroment = E).
Dari pengertian tersebut perilaku individu dapat diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia atau individu itu sendiri baik yang dilakukan dalam bekerja maupun diluar pekerjaan seperti menulis, bertukar pendapat, berfikir dan sebagainya. Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga setiap manusia mempunyai keunikan-keunikan tersendiri.

2.2 Perilaku Individu
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya akan dipengaruhi oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa sifat / ciri khas sikap ke dalam tatanan organisasi seperti kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yang lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan sebagainya.
Di lihat dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama lain. Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1. Penekanan
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
2. Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3. Proses
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.
Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.
4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan proses masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat dari Kesadaran
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami, dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
6. Data
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.
Perilaku Individu dalam organisasi antara lain :
·                Produktifitas kerja
·                Kepuasan kerja
·                Tingkat absensi
·                Tingkat turnover

2.3 Karakteristik Individu
Karakteristik individu dalam organisasi antara lain :
·                 Karakteristik biografis
1.      Umur
2.      Jenis kelamin
3.      Ras
4.      Status kawin
5.      masa kerja
·                 Kemampuan
1.      Kemampuan fisik
2.      Kemampuan intelektual
·                 Kepribadian
·                 Proses belajar
·                 Persepsi
·                 Sikap
·                 Kepuasan kerja
2.3.1 Karakteristik biografis
Karakteristik pribadi seperti umur, jenis kelamin, ras dan status kawin yang objektif dan mudah diperoleh dari rekaman pribadi.

Umur (age)
·            hubungan Umur - Turnover = umur meningkat maka tingkat turnover menurun. Alasannya karena alternatif pekerjaan (option) yang semakin sedikit, penghasilan lebih tinggi yang telah diperoleh, dan tunjangan pensiun yang lebih menarik.
·            Hubungan Umur - Absensi = Umur meningkat, maka ketidakhadiran yang disengaja menurun, dan ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula. Mengingat umur yang bertambah berarti adanya keluarga yang harus dibina. ketidakhadiran yang disengaja jarang sekali dilakukan, karena melihat pada nilai gaji yang terpotong bila tidak masuk kerja. Dan ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula, contoh : bila ada salah satu anaknya yang sakit.
·            Hubungan Umur - Produktivitas = umur meningkat, maka produktifitas menurun. Alasan : menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan. Juga meningkatnya kejenuhan atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan intelektual. Namun ada juga study yang mengemukakan bahwa hubungan umur dengan produktifitas ternyata tidak ada hubungannya sama sekali. Dengan alasan : menurunnya ketrampilan jasmani tidak cukup ekstrem bagi menurunnya produktifitas. Dan meningkatnya umur biasanya diimbangi dengan meningkatnya pengalaman.
·            hubungan umur - kepuasan kerja =
o    bagi karyawan profesional : umur meningkat, kepuasan kerja juga meningkat
o    karyawan non-profesional : kepuasan merosot selama usia tengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya. Bila digambarkan dalam bentuk kurva, akan berbentuk kurva U ("U" curve).
Jenis kelamin (gender)
·            tidak ada beda yang signifikan / bermakna dalam produktifitas kerja antara pria dengan wanita.
·            tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis kelamin karyawan memperngaruhi kepuasan kerja.
·            hubungan gender - turnover = beberapa studi menjumpai bahwa wanita mempunyai tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi lain menjumpai tidak ada perbedaan antara hubungan keduanya.
·            hubungan gender - absensi = wanita mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi (lebih sering mangkir). dengan alasan : wanita memikul tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang lebih besar, juga jangan lupa dengan masalah kewanitaan.
Status kawin (martial status)
·         tidak ada studi yang cukup untu menyimpulkan mengenai efek status perkawinan terhadap produktifitas.
·         karyawan yang menikah lebih sediki absensinya, pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas dengan pekerjaannya.
Ras
·         departemen pendidikan mengklarifikasikan individu berdasarkan lima kategori rasial, yaitu : Amerika Afrika, Amerika Pribumi, Asia, Hispanik dan Kulit putih.
·         Hubungan ras – situasi pekerjaan, terdapat sebuah kecenderungan bagi individuuntuk menyukai rekan kerja dari ras mereka sendiri
Masa kerja
·         tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior.
·         senioritas / masa kerja berkaitan secara negatif dengan kemangkiran dan dengan tingkat turnover.
      1. masa kerja tinggi , tingkat absensi dan turnover rendah
      2. masa kerja rendah, tingkat absensi dan turnover tinggi
                         Keduanya hal di atas berkaitan secara negatif
      1. masa kerja tinggi, kepuasan kerja tinggi
      2. masa kerja rendah, kepuasan kerja rendah
  Kedua hal di atas berkaitan secara positif

2.3.2. Kemampuan
Kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
·         Kemampuan intelektual, merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan mental. Misalnya : berpikir,menganalisis, memahami. yang mana dapat diukur dalam berbrntuk tes (tes IQ). Dan setiap orang punya kemampuan yang berbeda. Tujuh dimensi yang paling sering disebutkan yang membentuk kemampuan intelektual adalah kecerdasan angka, pemahaman verbal, kecepatan persepsi, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi spasial, dan daya ingat. Dimensi kecerdasan angka yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat, pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta relasinya satu sama lain, kecepatan persepsi yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat, penalaran induktif  yaitu kemampuan mengenali suatu urutan secara logis dalam suatu masalah dan kemdian memecahkan masalah tersebut, penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen, visualisasi ruang / spasial yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah, daya ingat (memory) yaitu kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu.  Dalam hal kecerdasan intelektual, dilakukan tes IQ sebagai penanda kecrdasan individu. Kecerdasan menjadi bantuan besar dalam melakukan sebuah pekerjaan dengan baik, hal ini tidak membuat individu lebih bahagia atau lebih puas dengan pekerjaan mereka. Meskipun individu cerdas berkinerja lebih baik, dan cenderung memiliki pekerjaan yang lebih menarik mereka juga lebih kritis dalam mengevaluasi kondisi pekerjaan mereka. Peneliti membagi kecerdasan dalam empat subbagian : kognitif, sosial, emosional dan kultural.
·         Kemampuan fisik,  merupakan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang menuntut stamina, kecekatan dan kekuatan.
1)      Faktor Kekuatan
a.       Kekuatan Dinamis adalah kekuatan yang menggunakan otot secara terus menerus atau berulang-ulang.
b.      Kekuatan Tubuh adalah kemampuan memanfaatkan kekuatan otot menggunakan otot tubuh (khususnya otot perut).
c.       Kekuatan Statis adalah kemampuan menggunakan kekuatan terhadap objek eksternal..
d.      Kekuatan Eksplosif adalah kemampuan mengeluarkan energi maksimum dalam satu atau serangkaian tindakan eksplosif
2)      Faktor Fleksibilitas
a.       Fleksibikitas Luas adalah  kemampuan menggerakan tubuh dan otot punggung sejauh mungkin.
b.      Fleksibilitas Dinamis adalah kemampuan membuat gerakan-gerakan lentur yang cepat dan berulang-ulang.
3)      Faktor Lainnya
a.       Koordinasi Tubuh adalah Kemampuan mengoordinasikan tindakan secara bersamaan dari bagian-bagian tubuh yang berbeda.
b.      keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan keseimbangan meskipun tedapat gaya yang mengganggu keseimbangan.
c.       Stamina adalah kemampuan menggerakan upaya maksimum yang membutuhkan usaha berkelanjutan.
          Ketika kemampuan-pekerjaan tidak sesuai karena karyawan memiliki keterampilan yang jauh melebihi persyaratan untuk pekerjaan tersebut, kinerja pekerjaan kemungkinan akan memadahi tetapi akan terdapat ketidakefesienan dan penuruna tingkat kepuasan karyawan. Kemampuan Intelektual atau Fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan memadai bergantung pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan tersebut. Sebagai contoh seorang pilot membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat dan koordinasi tubuh yang baik. Mengarahkan perhatian hanya pada kemampuan karyawan atau pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan akan mengabaikan fakta bahwa kinerja karyawan bergantung pada interaksi keduannya.

2.3.3. Kepribadian

Robin dallam sopiah (2008) mengemukakan,” personality is the dynamic organization within the individual of those psychophycal systems that determine his unique adjustment to this environment. Nimran dalam sopiah (2008) memaknainya,”kepribadian sebagai pengorganisasian yang dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.” dia menambahkan bahwa kepribadian sebagai keseluruhan cara bagaimana individu beraksi dan berinteraksi dengan orang lain. Robbins dalam sopiah (2008) mengartikan kepribadian sebagai cara dengan mana seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun karakteristik kepribadian yang popular di antaranya adalah agresif ,malu, pasrah, malas, ambisius, setia, jujur. Semakin konsisten karakteristik tersebut di saat merepons lingkungan, hal itu menunjukkan faktor keturunan atas pembawaan (traits) merupakan faktor yang penting dalam membentuk keribadian seseorang.

Kunarto (2001) menyebutkan bahwa temperament we are born with, sedangkan character we have to make. Berangkat dari pendapat ini, pribadi seseorang selalu diwarnai oleh temperamen dan sekaligus karakter. Temperamen berwarna sifat-sifat yang diperoleh dari keturunan. Sedangkan karakter terbentuk oleh lingkungan dan situasi. Interaksi antara temperamen dan karakter itu yang membentuk kepribadian seseorang. Orang yang karakternya terbentuk paada lingkungan dan budaya kerja yang tinggi akan cenderung serius, ambisius, dan agresif. Sedangkan orang yang berada pada lingkungan dan budaya yang menekankan pada pentingnya bergaul baik dengan orang lain, maka ia akan lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan kerja dan karier.

Ada sejumlah atribut kepribadian yang perlu dicermati, diantaranya:

a. Daerah pengendalian (Locus of control)
Ada dua daerah pengendalian kepribadian, yaitu eksternal dan internal. Kepribadian yang bersifat pengendalian internal adalah kepribadian di mana seseorang percaya bahwa dialah yang mengendalikan apa yang terjadi pada dirinya. Sedangkan sifat kepribadian pengendalian eksternal adalah keyakinan seseorang bahwa apa yang terjadi pada dirinya ditentukan oleh lingkungan (diluar dirinya), seperti nasib dan keberuntungan.
b. Paham Otoritarian
Paham ini berkeyakinan bahwa ada perbedaan status dan keyakinan pada orang-orang yang ada dalam organisasi. Sifat kepribadian otoritarian yang tinggi memiliki intelektual yang kaku, membedakan orang atau kedudukan dalam organisasi, mengeksploitasi orang yang memiliki status dibawahnya, suka curiga dan menolak perubahan.
c. Orientasi Prestasi
Orientasi juga merupakan karakteristik kepribadian yang dapat digunakan untuk meramal perilaku orang. Mc Clelland, tentang kebutuhan untuk berprestasi, menyebutkan bahwa ada dua karakteristik sifat kepribadian seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi tinggi, yaitu : (1) Mereka secara pribadi ingin bertanggungjawab atas keberhasilan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. (2) Mereka lebih senang dengan suatu resiko. Resiko merupakan tantangan yang mengasyikkan. Jika berhasil melewatinya maka ia akan merasa puas.
   Bentuk-bentuk kepribadian akhirnya menentukanperilaku organisasi, karenanya orang lalu mencari dan berusaha menemukan ciri-ciri kepribadian. Hasil penelitian Edgar H. Schein yang dikutip dalam kunarto (2001) memperoleh 16 ciri kepribadian yaitu : (1)pendiam vs ramah, (2) kurang cerdas vs lebih cerdas, (3) dipengaruhi perasaan vs emosional mantap, (4) mengalah vs dominan, (5) serius vs suka bersenang-senang, (6) selalu siap vs selalu berhati-hati, (7) malu-malu vs petualang, (8) keras hati vs peka, (9) mempercayai vs mencurigai, (10) praktis vs imajinatif, (11) terus terang vs banyak muslihat, (12) percaya diri vs takut-takut, (13) konservatif vs suka eksperimen, (14) bergantung kelompok mandiri vs mandiri, (15) tak terkendali vs terkendali, (16) santai vs tegang.
Introversi adalah sifat kepribadian seseorang yang cenderung menghabiskan waktu dengan dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan atas pikiran dan perasaannya. Ekstroversi merupakan sifat kepribadian yang cenderung mengarahkan perhatian kepada orang lain, kejadian di lingkungan dan menghasilkan kepuasan dari stimulus lingkungan

2.3.4. Proses belajar (pembelajaran)

Proses belajar adalah bagaimana kita dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku, dan memahami bagaimana orang belajar. Belajar adalah setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Inti dari pembelajaran adalah :
·           belajar melibatkan perubahan (baik ataupun buruk)
·           perubahan harus relatif permanen
·           belajar berlangsung jika ada perubahan tindakan / perilaku
·           beberapa bentuk pengalaman diperlukan untuk belajar, pengalaman dapat diperoleh lewat pengamatan langsung atau tidak langsung (membaca) atau lewat praktek.

Ø  Teori Pembelajaran
o   Pengkondisian Klasik
Dikemukakan oleh Paplov. Hasil percobaanya terhadap anjing mengenai keterkaitan antara stimulus dan respon menunjukkan bahwa stimulus yang tidak dikondisikan akan menghasilkan respons yang tidak dikondisikan pula, dan melalui proses belajar maka stimulus yang dikondisikan itu akan menghasilkan respons yang dikondisikan.
o   Pengkondisian operant
Menurut teori ini, perilaku merupakan fungsi dan akibat dari perilaku itu sendiri.kecenderungan mengulangi sebuah perilaku tertentu dipengaruhi penguatan yang disebabkan oleh adanya akibat daro perilaku itu. Misalnya bila seorang karyawan berprestasi di atas standar kemudian diberi insentif    oelh pimpinan, maka akan berdampak positif / kesenangan sehingga pada bulan berikutnya karyawan itu akan melakukan hal yang sama untuk memperoleh imbalan
o   Pembelajaran sosial
Teori sosial tentang belajar adalah suatu proses belajar yang dilakukan melalui suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung. Agar memperoleh hasil yang maksimal, ada empat hal yang harus diperhatikan oleh seorang pengajar dalam melakukan proses belajar-mengajar yaitu :
a)    Proses perhatian, dimana pengajar harus menyampaikan materi pelajaran dengan menarik, dan suasana belajar yang kondusif.
b)   Proses ingatan, dimana hasil belajar juga tergantung pada seberapa bbesar daya ingat si subjek belajar.
c)    Proses reproduksi, dimana subjek ajar setelah belajar harus mengalami perubahan sikap, berpikir dan berperilaku.
d)   Proses penguatan, dimana apabila subjek belajar telah belajar dengan baik maka harus diberikan penguatan. Misalnya, karyawan yang mengikuti pelatihan, setelah selesai pelatihan dan kinerjanya menjadi lebih baik maka ia harus mendapatkan imabalan yang sesuai.

Ø  Pembentukan : Alat Manajerial
o   Metode pembentukan perilaku
Trdapat empat cara pembentukan perilaku, yaitu melalui penegasan positif, penegasan negatif, hukuman dan peniadaan.
o   Jadwal penegasan
Ada enam jadwal penegasan, yakni jadwal penegasan berkesinambungan, jadwalpenegasan berkala, jadwal interval tetap, jadwal interval variabel, jadwal rasio tetap, dan jadwal rasio variabel.


2.3.5. Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungannya.

Distorsi persepsi (penyimpangan persepsi) :
·           persepsi selektif, orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap.
·           efek halo, menarik suatu kesan umum mengenai individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal (kesan pertama)
·           efek kontras, evaluasi dari karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru dijumpai, yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.
·           proyeksi, menghubungkan karakteristik pribadinya terhadap karakteristik pribadi orang lain.
·           stereotype, menilai seseorang atas dasar persepsi kita terhadap kelompok dari orang tersebut (menggeneralisasikan)
2.3.6. Sikap
Sikap adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif (menguntungkan atau tidak menguntungkan) mengenai objek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. Dalam perilaku organisasi, pemahaman atas sikap penting, karena sikap mempengaruhi perilaku kerja.
Komponen sikap :
·         kognitif, segmen pendapat atau keyakinan dari suatu sikap
·         afektif, segmen emosional dari suatu sikap
·         perilaku,suatu maksud untuk perilaku dalam suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
2.3.7. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. atau persaan senang atau tidak senang terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja mempengaruhi sikap. Hal-hal yang menentukn kepuasan kerja yaitu:
·           Kerja yang secara mental menantang. Kesempatan menggunakan ketrampilan / kemampuan, tugas yang beragam, kebebasan, dan umpan balik.
·           Ganjaran yang pantas / upah dan kebijakan promosi yang adil.
·           Kondisi kerja yang mendukung, aman, nyaman, fasilitas yang memadai.
·           Rekan kerja yang ramah dan mendukung, atasan yang ramah, memahami, menghargai dan menunjukan keberpihakan kepada bawahan.
·           kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan. bakat dan kemampuan karyawan sesuai dengan tuntutan pekerjaan.
·            
2.4 Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Komitmen Organisasi
Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam organisasi itu, para anggotalah yang menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas organisasi harus dimulai dari perbaikan produktivitas anggota. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerjanya.
Anggota sebagai individu ketika memasuki organisasi akan membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Ketika kita mengamati kinerja anggota baru di kantor, ada yang terlampau aktif, maupun yang terlampau pasif. Hal ini dapat dimengerti karena anggota baru biasanya masih membawa sifat-sifat karakteristik individualnya.
Selanjutnya karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan berinteraksi dengan tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-perilaku tertentu individu dalam organisasi. Oleh karena itu penting bagi manajer untuk mengnalkan aturan-aturan organisasi kepada anggota baru. Misalnya dengan memberikan masa orientasi.
Pada tingkat individu, jika anggota merasa bahwa organisasi memenuhi kebutuhan dan karakteristik individualnya, ia akan cenderung berperilaku positif. Tetapi sebaliknya, jika anggota tidak merasa diperlakukan dengan adil, maka mereka cenderung untuk tidak tertarik melakukan hal yang terbaik (Cowling dan James, 1996) Untuk itu, ketika seseorang mempunyai ketertarikan yang tinggi dengan pekerjaan, seseorang akan menunjukkan perilaku terbaiknya dalam bekerja (Duran-Arenas et.al, 1998). Selanjutnya menurut Cowling dan James, tidak semua individu tertarik dengan pekerjaannya. Akibatnya beberapa target pekerjaan tidak tercapai, tujuan-tujuan organisasi tertunda dan kepuasan dan produktivitas anggota menurun.
Di lain pihak, organisasi berharap dapat memenuhi standar-standar sekarang yang sudah ditetapkan serta dapat meningkat sepanjang waktu. Masalahnya adalah cara menyelaraskan sasaran-sasaran individu dan kelompok dengan sasaran organisasi; dan jika memungkinkan, sasaran organisasi menjadi sasaran individu dan kelompok. Untuk itu diperlukan pemahaman bagaimana orang-orang dalam organisasi itu bekerja serta kondisi-kondisi yang memungkinkan mereka dapat memberikan kontribusinya yang tinggi terhadap organisasi.
Menurut Teori Pengharapan, perilaku kerja merupakan fungsi dari tiga karakteristik: (1) persepsi anggota bahwa upayanya mengarah pada suatu kinerja (2) persepsi anggota bahwa kinerjanya dihargai (misalnya dengan gaji atau pujian) (3) nilai yang diberikan anggota terhadap imbalan yang diberikan. Menurut Vroom’s expectancy theory, perilaku yang diharapkan dalam pekerjaan akan meningkat jika seseorang merasakan adanya hubungan yang positif antara usaha-usaha yang dilakukannya dengan kinerja (Simamora, 1999). Perilaku-perilaku tersebut selanjutnya meningkat jika ada hubungan positif antara kinerja yang baik dengan imbalan yang mereka terima, terutama imbalan yang bernilai bagi dirinya. Guna mempertahankan individu senantiasa dalam rangkaian perilaku dan kinerja, organisasi harus melakukan evaluasi yang akurat, memberi imbalan dan umpan balik yang tepat.


BAB III
KESIMPULAN

§    Perilaku individu dapat diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia atau individu itu sendiri baik yang dilakukan dalam bekerja maupun diluar pekerjaan seperti menulis, bertukar pendapat, berfikir dan sebagainya.
§    Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi.
§    Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis.
§    Perilaku Individu dalam organisasi antara lain : Produktifitas kerja, Kepuasan kerja, Tingkat absensi, dan Tingkat turnover.
§    Karakteristik individu dalam organisasi antara lain : Karakteristik biografis yaitu karakteristik pribadi seperti umur, jenis kelamin, ras dan status kawin yang objektif dan mudah diperoleh dari rekaman pribadi. Kemampuan yaitu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Terdiri dari dua, yaitu kemampuan fisik dan kemampuan intelektual. Kepribadian, Proses belajar, Persepsi, Sikap dan Kepuasan kerja.
§    Kinerja organisasi tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam organisasi itu, para anggotalah yang menentukan keberhasilannya.
§    Karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan berinteraksi dengan tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-perilaku tertentu individu dalam organisasi.
Guna mempertahankan individu senantiasa dalam rangkaian perilaku dan kinerja, organisasi harus melakukan evaluasi yang akurat, memberi imbalan dan umpan balik yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar