BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan
adalah suatu organisasi yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang memiliki
tujuan yang sama dan memiliki aturan serta cara bagaimana untuk mencapai tujuan
tersebut. Di dalam organisasi terdiri dari beberapa posisi tingkatan atau
jabatan dan organisasi adalah sekumpulan individu-individu yang meiliki
berbagai macam karakteristik yang berbeda.
Masing-masing
individu tersebut selain mereka memiliki karakteristik yang berbeda, mereka
juga memiiki perbedaan yang mencolok dalam suatu perilaku ketika dimana
individu tersebut melakukan kegiatan di dalam organisasi. Dari karakteristik
dan perilaku serta tingkatan atau jabatan tersebut akan mempengaruhi kinerja
suatu individu dalam melaksanakan tugas untuk pencapaian tujuan yang telah
perusahaan tentukan.
Oleh
sebab itu dalam makalah "Perilaku Individu" kita akan membahas
tentang individu itu sendiri serta membahas bagaimana karakteristik dan
perilaku individu di dalam suatu
perusahan akan mempengaruhi kinerja atau dalam komitmen suatu organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Jelaskan teori-teori individu menurut
beberapa ahli!
2)
Apa yang dimaksud dengan perilaku
individu?
3)
Apa pengertian dari karakteristik
individu?
4)
Bagaimana
pengaruh karakteristik individu terhadap komitmen organisasi?
1.3 Tujuan
Tujuan
kami membuat makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja perilaku perilaku dan
karakteristik yang dimiliki oleh suatu individu. Untuk mengetahui dalam suatu
organisasi apakah perilaku individu akan mempengaruhi kinerja individu tersebut
dalam melakukan tugas-tugas dan pencapaian suatu tujuan organisasi serta
seberapa besar pengaruh yang diberikan dari perbedaan perilaku tersebut dan
berbagai macam karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu dalam
mempengaruhi komitmen perusahan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori-teori Perilaku Individu
Menurut Marthen Luter individu
berasal dari kata individum (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi
lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri
sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam dirinya selalu
dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. Sedangkan menurut Viniagustia, individu merupakan
suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyataan suatu kesatuan yang paling
kecil dan terbatas. Dapat disimpulkan bahwa individu adalah unit terkecil
dimana memiliki ciri yang berbeda di tiap masing-masing individu.
Gibson Cs. (1996) menyatakan perilaku
individu adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang, seperti : berbicara,
berjalan,berfikir atau tindakan dari suatu sikap. Sedangkan menurut Kurt Levin,
perilaku ( Behavior = B ) individu pada dasarnya merupakan fungsi
dariinterakasi antara Person/individu (P) yang bersangkutan dengan lingkungan
(Enviroment = E).
Dari pengertian tersebut perilaku
individu dapat diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan serta segala sesuatu
yang dilakukan manusia atau individu itu sendiri baik yang dilakukan dalam
bekerja maupun diluar pekerjaan seperti menulis, bertukar pendapat, berfikir
dan sebagainya. Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga
setiap manusia mempunyai keunikan-keunikan tersendiri.
2.2 Perilaku Individu
Perilaku
individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu
dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya
akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya akan dipengaruhi oleh
masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa sifat / ciri
khas sikap ke dalam tatanan organisasi seperti kemampuan, kepercayaan pribadi,
pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai
individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi
atau yang lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai
karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki,
pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem
pengendalian, dan sebagainya.
Di lihat dari sifatnya, perbedaan
perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir
untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda
satu sama lain. Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku
manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut
penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab
timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan
perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1.
Penekanan
Pendekatan
kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran
individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu
sendiri.
Pendekatan
penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku
manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat
menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan
psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan
sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang
berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
2.
Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan
kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian
pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan
reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli lingkungan
baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
Menurut
pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions)
yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3.
Proses
Pendekatan
kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah proses
mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat
ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang
dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan
reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang respon
yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut
menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.
Dalam
pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian
diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.
4.
Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku
Pendekatan
kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa lalu
hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari
pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan
proses masuknya dalam sistem.
Teori
reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus
tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut
pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu
yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan
Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5.
Tingkat dari Kesadaran
Dalam
pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam
kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,
dipertimbangkan sangat penting.
Dalam
teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya
aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak
dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir
dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan
berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku
terbuka.
Pendekatan
psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar.
Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
6.
Data
Dalam
pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada
dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan
reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang
dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana
teknologi.
Pendekatan
psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti
penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi
bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.
Perilaku
Individu dalam organisasi antara lain :
·
Produktifitas kerja
·
Kepuasan kerja
·
Tingkat absensi
·
Tingkat turnover
2.3 Karakteristik Individu
Karakteristik
individu dalam organisasi antara lain :
·
Karakteristik biografis
1.
Umur
2.
Jenis kelamin
3.
Ras
4.
Status kawin
5.
masa kerja
·
Kemampuan
1.
Kemampuan fisik
2.
Kemampuan intelektual
·
Kepribadian
·
Proses belajar
·
Persepsi
·
Sikap
·
Kepuasan kerja
2.3.1 Karakteristik
biografis
Karakteristik pribadi seperti umur, jenis kelamin, ras
dan status kawin yang objektif dan mudah diperoleh dari rekaman pribadi.
Umur (age)
·
hubungan Umur - Turnover = umur meningkat maka tingkat
turnover menurun. Alasannya karena alternatif pekerjaan (option) yang semakin
sedikit, penghasilan lebih tinggi yang telah diperoleh, dan tunjangan pensiun
yang lebih menarik.
·
Hubungan Umur - Absensi = Umur meningkat, maka
ketidakhadiran yang disengaja menurun, dan ketidakhadiran yang tidak disengaja
meningkat pula. Mengingat umur yang bertambah berarti adanya keluarga yang
harus dibina. ketidakhadiran yang disengaja jarang sekali dilakukan, karena
melihat pada nilai gaji yang terpotong bila tidak masuk kerja. Dan
ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula, contoh : bila ada salah
satu anaknya yang sakit.
·
Hubungan Umur - Produktivitas = umur meningkat, maka
produktifitas menurun. Alasan : menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan.
Juga meningkatnya kejenuhan atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan
intelektual. Namun ada juga study yang mengemukakan bahwa hubungan umur dengan
produktifitas ternyata tidak ada hubungannya sama sekali. Dengan alasan :
menurunnya ketrampilan jasmani tidak cukup ekstrem bagi menurunnya
produktifitas. Dan meningkatnya umur biasanya diimbangi dengan meningkatnya
pengalaman.
·
hubungan umur - kepuasan kerja =
o
bagi karyawan profesional : umur meningkat, kepuasan
kerja juga meningkat
o
karyawan non-profesional : kepuasan merosot selama
usia tengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya. Bila
digambarkan dalam bentuk kurva, akan berbentuk kurva U ("U" curve).
Jenis
kelamin (gender)
·
tidak ada beda yang signifikan / bermakna dalam
produktifitas kerja antara pria dengan wanita.
·
tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis kelamin
karyawan memperngaruhi kepuasan kerja.
·
hubungan gender - turnover = beberapa studi menjumpai
bahwa wanita mempunyai tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi lain
menjumpai tidak ada perbedaan antara hubungan keduanya.
·
hubungan gender - absensi = wanita mempunyai tingkat
absensi yang lebih tinggi (lebih sering mangkir). dengan alasan : wanita
memikul tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang lebih besar, juga jangan
lupa dengan masalah kewanitaan.
Status kawin
(martial status)
·
tidak ada studi yang cukup untu menyimpulkan mengenai
efek status perkawinan terhadap produktifitas.
·
karyawan yang menikah lebih sediki absensinya,
pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas dengan pekerjaannya.
Ras
·
departemen pendidikan mengklarifikasikan individu
berdasarkan lima kategori rasial, yaitu : Amerika Afrika, Amerika Pribumi,
Asia, Hispanik dan Kulit putih.
·
Hubungan ras – situasi pekerjaan, terdapat sebuah
kecenderungan bagi individuuntuk menyukai rekan kerja dari ras mereka sendiri
Masa kerja
·
tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama
bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior.
·
senioritas / masa kerja berkaitan secara negatif
dengan kemangkiran dan dengan tingkat turnover.
- masa kerja tinggi , tingkat absensi dan turnover rendah
- masa kerja rendah, tingkat absensi dan turnover tinggi
Keduanya hal
di atas berkaitan secara negatif
- masa kerja tinggi, kepuasan kerja tinggi
- masa kerja rendah, kepuasan kerja rendah
Kedua hal di atas berkaitan secara
positif
2.3.2.
Kemampuan
Kapasitas individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
·
Kemampuan intelektual, merupakan
kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan mental. Misalnya :
berpikir,menganalisis, memahami. yang mana dapat diukur dalam berbrntuk tes
(tes IQ). Dan setiap orang punya kemampuan yang berbeda. Tujuh dimensi yang
paling sering disebutkan yang membentuk kemampuan intelektual adalah kecerdasan
angka, pemahaman verbal, kecepatan persepsi, penalaran induktif, penalaran
deduktif, visualisasi spasial, dan daya ingat. Dimensi
kecerdasan angka yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat, pemahaman
verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta relasinya
satu sama lain, kecepatan persepsi yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda
visual dengan cepat dan tepat, penalaran induktif yaitu kemampuan mengenali suatu urutan secara
logis dalam suatu masalah dan kemdian memecahkan masalah tersebut, penalaran
deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu
argumen, visualisasi ruang / spasial yaitu kemampuan membayangkan bagaimana
suatu objek akan tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah, daya ingat
(memory) yaitu kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu. Dalam hal kecerdasan intelektual, dilakukan
tes IQ sebagai penanda kecrdasan individu. Kecerdasan menjadi bantuan besar
dalam melakukan sebuah pekerjaan dengan baik, hal ini tidak membuat individu
lebih bahagia atau lebih puas dengan pekerjaan mereka. Meskipun individu cerdas
berkinerja lebih baik, dan cenderung memiliki pekerjaan yang lebih menarik
mereka juga lebih kritis dalam mengevaluasi kondisi pekerjaan mereka. Peneliti
membagi kecerdasan dalam empat subbagian : kognitif, sosial, emosional dan
kultural.
·
Kemampuan fisik, merupakan kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan tugas yang menuntut stamina, kecekatan dan kekuatan.
1) Faktor Kekuatan
a. Kekuatan Dinamis adalah
kekuatan yang menggunakan otot secara terus menerus atau berulang-ulang.
b. Kekuatan Tubuh adalah
kemampuan memanfaatkan kekuatan otot menggunakan otot tubuh (khususnya otot
perut).
c. Kekuatan Statis adalah
kemampuan menggunakan kekuatan terhadap objek eksternal..
d. Kekuatan Eksplosif
adalah kemampuan mengeluarkan energi maksimum dalam satu atau serangkaian
tindakan eksplosif
2) Faktor Fleksibilitas
a. Fleksibikitas Luas
adalah kemampuan menggerakan tubuh dan
otot punggung sejauh mungkin.
b. Fleksibilitas Dinamis
adalah kemampuan membuat gerakan-gerakan lentur yang cepat dan berulang-ulang.
3) Faktor Lainnya
a. Koordinasi Tubuh adalah
Kemampuan mengoordinasikan tindakan secara bersamaan dari bagian-bagian tubuh
yang berbeda.
b. keseimbangan adalah
kemampuan mempertahankan keseimbangan meskipun tedapat gaya yang mengganggu
keseimbangan.
c. Stamina adalah
kemampuan menggerakan upaya maksimum yang membutuhkan usaha berkelanjutan.
Ketika kemampuan-pekerjaan tidak sesuai karena karyawan
memiliki keterampilan yang jauh melebihi persyaratan untuk pekerjaan tersebut,
kinerja pekerjaan kemungkinan akan memadahi tetapi akan terdapat
ketidakefesienan dan penuruna tingkat kepuasan karyawan. Kemampuan Intelektual
atau Fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan memadai
bergantung pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan tersebut. Sebagai contoh
seorang pilot membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat dan
koordinasi tubuh yang baik. Mengarahkan perhatian hanya pada kemampuan karyawan
atau pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan akan mengabaikan fakta bahwa
kinerja karyawan bergantung pada interaksi keduannya.
2.3.3.
Kepribadian
Robin dallam sopiah (2008) mengemukakan,”
personality is the dynamic organization within the individual of those
psychophycal systems that determine his unique adjustment to this environment.
Nimran dalam sopiah (2008) memaknainya,”kepribadian sebagai pengorganisasian yang
dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian
diri dengan lingkungannya.” dia menambahkan bahwa kepribadian sebagai
keseluruhan cara bagaimana individu beraksi dan berinteraksi dengan orang lain.
Robbins dalam sopiah (2008) mengartikan kepribadian sebagai cara dengan mana
seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun karakteristik
kepribadian yang popular di antaranya adalah agresif ,malu, pasrah, malas,
ambisius, setia, jujur. Semakin konsisten karakteristik tersebut di saat
merepons lingkungan, hal itu menunjukkan faktor keturunan atas pembawaan
(traits) merupakan faktor yang penting dalam membentuk keribadian seseorang.
Kunarto (2001) menyebutkan bahwa temperament we are
born with, sedangkan character we have to make. Berangkat dari pendapat ini,
pribadi seseorang selalu diwarnai oleh temperamen dan sekaligus karakter.
Temperamen berwarna sifat-sifat yang diperoleh dari keturunan. Sedangkan
karakter terbentuk oleh lingkungan dan situasi. Interaksi antara temperamen dan
karakter itu yang membentuk kepribadian seseorang. Orang yang karakternya
terbentuk paada lingkungan dan budaya kerja yang tinggi akan cenderung serius,
ambisius, dan agresif. Sedangkan orang yang berada pada lingkungan dan budaya
yang menekankan pada pentingnya bergaul baik dengan orang lain, maka ia akan
lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan kerja dan karier.
Ada sejumlah atribut kepribadian yang perlu
dicermati, diantaranya:
a.
Daerah pengendalian (Locus of control)
Ada
dua daerah pengendalian kepribadian, yaitu eksternal dan internal. Kepribadian
yang bersifat pengendalian internal adalah kepribadian di mana seseorang
percaya bahwa dialah yang mengendalikan apa yang terjadi pada dirinya.
Sedangkan sifat kepribadian pengendalian eksternal adalah keyakinan seseorang
bahwa apa yang terjadi pada dirinya ditentukan oleh lingkungan (diluar
dirinya), seperti nasib dan keberuntungan.
b.
Paham Otoritarian
Paham
ini berkeyakinan bahwa ada perbedaan status dan keyakinan pada orang-orang yang
ada dalam organisasi. Sifat kepribadian otoritarian yang tinggi memiliki
intelektual yang kaku, membedakan orang atau kedudukan dalam organisasi,
mengeksploitasi orang yang memiliki status dibawahnya, suka curiga dan menolak
perubahan.
c.
Orientasi Prestasi
Orientasi
juga merupakan karakteristik kepribadian yang dapat digunakan untuk meramal
perilaku orang. Mc Clelland, tentang kebutuhan untuk berprestasi, menyebutkan
bahwa ada dua karakteristik sifat kepribadian seseorang yang memiliki kebutuhan
untuk berprestasi tinggi, yaitu : (1) Mereka secara pribadi ingin
bertanggungjawab atas keberhasilan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
kepadanya. (2) Mereka lebih senang dengan suatu resiko. Resiko merupakan
tantangan yang mengasyikkan. Jika berhasil melewatinya maka ia akan merasa
puas.
Bentuk-bentuk kepribadian akhirnya
menentukanperilaku organisasi, karenanya orang lalu mencari dan berusaha
menemukan ciri-ciri kepribadian. Hasil penelitian Edgar H. Schein yang dikutip
dalam kunarto (2001) memperoleh 16 ciri kepribadian yaitu : (1)pendiam vs
ramah, (2) kurang cerdas vs lebih cerdas, (3) dipengaruhi perasaan vs emosional
mantap, (4) mengalah vs dominan, (5) serius vs suka bersenang-senang, (6)
selalu siap vs selalu berhati-hati, (7) malu-malu vs petualang, (8) keras hati
vs peka, (9) mempercayai vs mencurigai, (10) praktis vs imajinatif, (11) terus
terang vs banyak muslihat, (12) percaya diri vs takut-takut, (13) konservatif
vs suka eksperimen, (14) bergantung kelompok mandiri vs mandiri, (15) tak
terkendali vs terkendali, (16) santai vs tegang.
Introversi adalah sifat kepribadian seseorang yang
cenderung menghabiskan waktu dengan dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan
atas pikiran dan perasaannya. Ekstroversi merupakan sifat kepribadian yang
cenderung mengarahkan perhatian kepada orang lain, kejadian di lingkungan dan
menghasilkan kepuasan dari stimulus lingkungan
2.3.4.
Proses belajar (pembelajaran)
Proses belajar adalah bagaimana kita dapat menjelaskan dan meramalkan
perilaku, dan memahami bagaimana orang belajar. Belajar adalah setiap perubahan
yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Inti
dari pembelajaran adalah :
·
belajar melibatkan perubahan (baik ataupun buruk)
·
perubahan harus relatif permanen
·
belajar berlangsung jika ada perubahan tindakan /
perilaku
·
beberapa bentuk pengalaman diperlukan untuk belajar, pengalaman
dapat diperoleh lewat pengamatan langsung atau tidak langsung (membaca) atau
lewat praktek.
Ø Teori
Pembelajaran
o Pengkondisian
Klasik
Dikemukakan oleh Paplov. Hasil
percobaanya terhadap anjing mengenai keterkaitan antara stimulus dan respon
menunjukkan bahwa stimulus yang tidak dikondisikan akan menghasilkan respons
yang tidak dikondisikan pula, dan melalui proses belajar maka stimulus yang
dikondisikan itu akan menghasilkan respons yang dikondisikan.
o Pengkondisian
operant
Menurut teori ini, perilaku
merupakan fungsi dan akibat dari perilaku itu sendiri.kecenderungan mengulangi
sebuah perilaku tertentu dipengaruhi penguatan yang disebabkan oleh adanya
akibat daro perilaku itu. Misalnya bila seorang karyawan berprestasi di atas
standar kemudian diberi insentif oelh
pimpinan, maka akan berdampak positif / kesenangan sehingga pada bulan
berikutnya karyawan itu akan melakukan hal yang sama untuk memperoleh imbalan
o Pembelajaran
sosial
Teori sosial tentang belajar adalah suatu proses
belajar yang dilakukan melalui suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung.
Agar memperoleh hasil yang maksimal, ada empat hal yang harus diperhatikan oleh
seorang pengajar dalam melakukan proses belajar-mengajar yaitu :
a) Proses perhatian, dimana pengajar harus
menyampaikan materi pelajaran dengan menarik, dan suasana belajar yang
kondusif.
b) Proses ingatan, dimana hasil belajar juga
tergantung pada seberapa bbesar daya ingat si subjek belajar.
c) Proses reproduksi, dimana subjek ajar
setelah belajar harus mengalami perubahan sikap, berpikir dan berperilaku.
d) Proses
penguatan, dimana apabila subjek belajar telah belajar dengan baik maka harus
diberikan penguatan. Misalnya, karyawan yang mengikuti pelatihan, setelah
selesai pelatihan dan kinerjanya menjadi lebih baik maka ia harus mendapatkan
imabalan yang sesuai.
Ø Pembentukan
: Alat Manajerial
o Metode
pembentukan perilaku
Trdapat empat cara pembentukan perilaku, yaitu melalui
penegasan positif, penegasan negatif, hukuman dan peniadaan.
o Jadwal
penegasan
Ada enam jadwal penegasan, yakni jadwal penegasan
berkesinambungan, jadwalpenegasan berkala, jadwal interval tetap, jadwal
interval variabel, jadwal rasio tetap, dan jadwal rasio variabel.
2.3.5.
Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna
bagi lingkungannya.
Distorsi persepsi (penyimpangan
persepsi) :
·
persepsi selektif,
orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan
berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap.
·
efek halo, menarik
suatu kesan umum mengenai individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal
(kesan pertama)
·
efek kontras, evaluasi
dari karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang
lain yang baru dijumpai, yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada
karakteristik yang sama.
·
proyeksi, menghubungkan
karakteristik pribadinya terhadap karakteristik pribadi orang lain.
·
stereotype, menilai
seseorang atas dasar persepsi kita terhadap kelompok dari orang tersebut
(menggeneralisasikan)
2.3.6. Sikap
Sikap adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif (menguntungkan atau
tidak menguntungkan) mengenai objek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan
bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. Dalam perilaku organisasi,
pemahaman atas sikap penting, karena sikap mempengaruhi perilaku kerja.
Komponen sikap :
·
kognitif, segmen pendapat atau keyakinan
dari suatu sikap
·
afektif, segmen emosional dari suatu sikap
·
perilaku,suatu maksud untuk perilaku dalam
suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
2.3.7.
Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya. atau persaan senang atau tidak senang terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja mempengaruhi sikap. Hal-hal yang menentukn kepuasan kerja yaitu:
·
Kerja yang secara mental
menantang. Kesempatan menggunakan ketrampilan / kemampuan, tugas yang beragam,
kebebasan, dan umpan balik.
·
Ganjaran yang pantas / upah dan
kebijakan promosi yang adil.
·
Kondisi kerja yang
mendukung, aman, nyaman, fasilitas yang memadai.
·
Rekan kerja
yang ramah dan mendukung, atasan yang ramah, memahami, menghargai dan
menunjukan keberpihakan kepada bawahan.
·
kesesuaian kepribadian
dengan pekerjaan. bakat dan kemampuan karyawan sesuai dengan tuntutan
pekerjaan.
·
2.4 Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Komitmen Organisasi
Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam
organisasi. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada
di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam organisasi itu, para anggotalah yang
menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas
organisasi harus dimulai dari perbaikan produktivitas anggota. Oleh karena itu,
pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka
meningkatkan kinerjanya.
Anggota sebagai individu ketika memasuki organisasi
akan membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan
dan pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Ketika kita
mengamati kinerja anggota baru di kantor, ada yang terlampau aktif, maupun yang
terlampau pasif. Hal ini dapat dimengerti karena anggota baru biasanya masih
membawa sifat-sifat karakteristik individualnya.
Selanjutnya karakteristik ini menurut Thoha (1983),
akan berinteraksi dengan tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki,
tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem
pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-perilaku
tertentu individu dalam organisasi. Oleh karena itu penting bagi manajer untuk
mengnalkan aturan-aturan organisasi kepada anggota baru. Misalnya dengan
memberikan masa orientasi.
Pada tingkat individu, jika anggota merasa bahwa
organisasi memenuhi kebutuhan dan karakteristik individualnya, ia akan
cenderung berperilaku positif. Tetapi sebaliknya, jika anggota tidak merasa
diperlakukan dengan adil, maka mereka cenderung untuk tidak tertarik melakukan
hal yang terbaik (Cowling dan James, 1996) Untuk itu, ketika seseorang
mempunyai ketertarikan yang tinggi dengan pekerjaan, seseorang akan menunjukkan
perilaku terbaiknya dalam bekerja (Duran-Arenas et.al, 1998). Selanjutnya
menurut Cowling dan James, tidak semua individu tertarik dengan pekerjaannya.
Akibatnya beberapa target pekerjaan tidak tercapai, tujuan-tujuan organisasi
tertunda dan kepuasan dan produktivitas anggota menurun.
Di lain pihak, organisasi berharap dapat memenuhi
standar-standar sekarang yang sudah ditetapkan serta dapat meningkat sepanjang
waktu. Masalahnya adalah cara menyelaraskan sasaran-sasaran individu dan
kelompok dengan sasaran organisasi; dan jika memungkinkan, sasaran organisasi
menjadi sasaran individu dan kelompok. Untuk itu diperlukan pemahaman bagaimana
orang-orang dalam organisasi itu bekerja serta kondisi-kondisi yang
memungkinkan mereka dapat memberikan kontribusinya yang tinggi terhadap
organisasi.
Menurut Teori Pengharapan, perilaku kerja merupakan
fungsi dari tiga karakteristik: (1) persepsi anggota bahwa upayanya mengarah
pada suatu kinerja (2) persepsi anggota bahwa kinerjanya dihargai (misalnya
dengan gaji atau pujian) (3) nilai yang diberikan anggota terhadap imbalan yang
diberikan. Menurut Vroom’s expectancy theory, perilaku yang diharapkan dalam
pekerjaan akan meningkat jika seseorang merasakan adanya hubungan yang positif
antara usaha-usaha yang dilakukannya dengan kinerja (Simamora, 1999).
Perilaku-perilaku tersebut selanjutnya meningkat jika ada hubungan positif
antara kinerja yang baik dengan imbalan yang mereka terima, terutama imbalan
yang bernilai bagi dirinya. Guna mempertahankan individu senantiasa dalam
rangkaian perilaku dan kinerja, organisasi harus melakukan evaluasi yang
akurat, memberi imbalan dan umpan balik yang tepat.
BAB III
KESIMPULAN
§
Perilaku
individu dapat diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan serta segala sesuatu
yang dilakukan manusia atau individu itu sendiri baik yang dilakukan dalam
bekerja maupun diluar pekerjaan seperti menulis, bertukar pendapat, berfikir
dan sebagainya.
§
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk
interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi.
§
Pendekatan yang sering dipergunakan
untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan
psikoanalitis.
§
Perilaku Individu dalam
organisasi antara lain : Produktifitas kerja, Kepuasan kerja, Tingkat absensi,
dan Tingkat turnover.
§
Karakteristik individu dalam
organisasi antara lain : Karakteristik biografis yaitu karakteristik pribadi
seperti umur, jenis kelamin, ras dan status kawin yang objektif dan mudah
diperoleh dari rekaman pribadi. Kemampuan yaitu kapasitas individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Terdiri dari dua, yaitu kemampuan
fisik dan kemampuan intelektual. Kepribadian, Proses belajar, Persepsi, Sikap
dan Kepuasan kerja.
§
Kinerja organisasi tergantung pada kinerja individu
yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam organisasi itu, para anggotalah yang
menentukan keberhasilannya.
§
Karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan
berinteraksi dengan tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki,
tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem
pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-perilaku
tertentu individu dalam organisasi.
Guna mempertahankan individu senantiasa dalam
rangkaian perilaku dan kinerja, organisasi harus melakukan evaluasi yang
akurat, memberi imbalan dan umpan balik yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar